Have an account?

27 Maret 2010

Penyakit Indigo

Mengapa terjadi anak indigo ?
Banyak teori yang membahas masalah ini. Yang perlu diamati sesungguhnya apa yang terjadi pada anak indigo ini, seperti kemampuan indra keenam/sixth sense. Kemampuan ini sebenarnya bisa dipelajari dan dikuasai oleh orang awam atau orang bukan indigo, jadi tidak semata-mata karunia Tuhan. Getaran bumi yang sedemikian kuat membawa banyak perubahan. Salah satunya adalah makin banyaknya terlahir anak berjiwa matang (old soul) yang memiliki bakat khusus. Bagaimana mendidik agar mereka tidak merasa tertekan dan aneh karena berbeda dengan teman-temannya? Gejala alam rupanya tidak sedikit mempengaruhi hal-hal lain. Waktu yang berjalan demikian cepat menjadi satu indikasi perubahan yang terjadi di bumi.
Selain itu, munculnya anak-anak berbakat dengan jiwa tua atau old soul, juga menjadi tanda perubahan bumi yang begitu cepat. Akhir-akhir ini kita sering disentakkan oleh begitu banyaknya anak yang memiliki pola pikir berbeda dengan anak seusianya. Daya nalar mereka cenderung dewasa, padahal usianya belum mencapai belasan. Kali lain kita dikejutkan oleh anak-anak yang memiliki indra keenam luar biasa tajam, sehingga si anak sampai merasa dirinya tidak normal karena tidak sama dengan teman-temannya. Fenomena lahirnya anak-anak berkemampuan lebih ini sebenarnya sudah sejak lama ada. Sebastian Bach dan Albert Einstein bisa dikategorikan sebagai anak indigo. Musik yang diciptakan Bach disebut sebagai tipe musik anak indigo. Ia menciptakan musik sambil melamun, sama seperti Einstein yang mendapat rumus saat sedang bengong.

Keberadaan anak-anak berbakat ini memang baru disadari sejak tahun 1990-an. Para ahli menyebut mereka indigo. Munculnya anak indigo, menurut Tom, tak lepas dari pengaruh perubahan getaran bumi. Pada tahun 1970 sampai 1980-an, resonansi bumi sekitar 7,83 Hz. Di tahun 2000 menjadi 8,5-9 Hz, sedangkan di tahun 2004 sudah mencapai 13,5 Hz. Secara metafisik, getaran bumi yang semakin cepat akan menimbulkan satu fase, yang menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat ke dimensi yang lebih tinggi.
Secara teoretis, getaran bumi yang semakin cepat akan membuat bumi semakin panas dan suhu ikut meningkat. Kenaikan ini juga mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan, sehingga membutuhkan orang tertentu untuk menyeimbangkannya. Kelahiran anak-anak berbakat inilah yang akan membantu getaran bumi berjalan lebih smooth, lebih muLus. Kelahiran mereka ditujukan untuk mengubah tatanan dunia supaya menjadi lebih nyaman. Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Cara yang diambil pun beraneka ragam. Bisa lewat kesenian, pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, ”Semua itu tergantung misi mereka,? katanya. Anak indigo kebanyakan merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Karena bertugas meluruskan ketidakbenaran itu, mereka umumnya lahir dengan tipe
Opini Psikolog
Psikolog dari Universitas PadjadjaranBandung, Dra Sawitri Supardi Sadarjoen, menyarankan kepada orang tua untuk “menormalkan” anak-anak ini.Sawitri justru menyarankan untuk “menumpulkan”kemampuan si anak. Caranya? Dengan memberi pengertian bahwa apa yang diketahui si anak itu semata-mata faktor kebetulan karena si anak akan tersiksa dengan kelebihan yang dimilikinya. Sawitri beralasan bahwa kemampuan itu akan membuat anak menjadi tidak realistis dan malas. Tapi biasanya, kelebihan anak indigo bisa menjelajah ruang dan waktu. Menurut Soewardi, keajaiban anak indigo terjadi karena ada kesalahan dalam kinerja otaknya. Atau dengan kata lain, sistem kerja otaknya terganggu.
Psikiater anak dan remaja, Dr Tb Erwin Kusuma Sp.KJ(K), memastikan tidak ada yang salah dengan anak indigo. Menurut dia, anak indigo itu normal. ”Mereka cuma berbeda saja”,terangnya. Sebelum memulai praktik kedokterannya di Klinik Pro-V di Jalan Letjen Soeprapto 60, Jakarta Pusat, Erwin memaparkan apa itu anak indigo serta apa yang membedakan mereka. Menyikapi terhadap pandangan bahwa anak indigo harus ditumpulkan kemampuannya Erwin berpendapat tidak setuju dengan pandangan itu. ”Tidak betul itu. Anak indigo itu normal cuma beda saja. Tidak saya rekomendasikan”. Tuturnya. Menurut dr Tubagus Erwin Kusuma SpKj, anak-anak seperti itu semakin muncul di mana-mana didunia, melewati batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas apa pun yang dibuat manusia untuk alasan-alasan tertentu.Fenomena itu menarik perhatian banyak pihak, karena dalam paradigma psikologi manusia, anak-anak itu dianggap ”aneh”. Pandangan ini muncul karena selama ini kemanusiaan telanjur dianggap sebagai hal yang statis, tak pernah berubah. ”Padahal, semua ciptaan Tuhan selalu berubah,” ujar dr Erwin.
Sebagai hukum, masyarakat cenderung memahami evolusi tapi hanya untuk yang berkaitan dengan masa lalu.”Fenomena munculnya anak-anak dengan kemampuan seperti itu merupakan bagian dari evolusi kesadaran baru manusia, yang secara perlahan muncul di bumi, terutama sejak awal milenium spiritual sekitar tahun 2000 yang disebut Masa Baru, The New Age, atau The Aquarian Age.Semua ini merupakan wujud kebesaran Allah,” tegasErwin.Fisik anak-anak indigo sama dengan anak-anak lainnya, tetapi batinnya tua (old soul) sehingga tak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa atau tua. Sering kali ia tak mau diperlakukan seperti anak kecildan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada. Kebanyakan anak indigo juga memiliki indra keenam yang lebih kuat dibanding orang biasa. Kecerdasannya di atas rata-rata.
Menurut Lanny Kuswandi, fasilitator program relaksasi di Klinik Prorevital, mengutip dr Erwin, ”Ada tipe humanis, tipe konseptual, tipe artis, dan tipe interdimensional. Pendekatan terhadap mereka juga berbeda-beda,” sambungnya.
Namun karena dianggap ”aneh”, tak jarang diagnosisnya keliru dan penanganannya lebih bersandar pada obat-obatan. ”Ada anak indigo yang dianggap autis, ADHD (Attention-Deficit Hyperatictve Disorder) maupun ADD (Attention Deficit Disorder). Padahal tanda-tandanya berbeda,” sambung Erwin. Kekeliruan semacam ini juga terjadi di AS, karena banyak ahli menganggap anak-anak itu menderita ”gangguan” yang harus dihilangkan.
Salah Kaprah Anak Indigo

Belum pahamnya masyarakat tentang anak indigo menjadi penyebab belum banyaknya terungkap anak indigo. Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa anak indigo mengalami kerusakan pada bagian otaknya. Namun Erwin menegaskan bahwa indigo bukan penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata dia, bahkan tidak mencantumkan indigo dalam international classification of diseases. Lantaran indigo bukan penyakit tak perlu dilakukan terapi untuk menyembuhkan anak indigo. ”Yang dibutuhkan adalah pembinaan untuk anak, orang tua, guru supaya mengerti cara menangani anak indigo”, terangnya lagi.Saat ini, lanjut Erwin, Depdiknas misalnya tengah membuat panduan bagi guru reguler tentang bagaimana menghadapi anak indigo. Buku panduan itu juga berlaku bagi para guru home-schooling. Sejumlah anak indigo enggan bersekolah di sekolah biasa. ”Program ini direncanakan dibuat dalam jangka panjang. Nantinya akan ada sekolah khusus anak indigo. Tujuannya sebagai tempat bagi guru dari luar daerah untuk memahami seperti apa anak indigo itu”, terangnya lagi.
Peran orangtua

Erwin menekankan perlunya para orangtua yang anaknya indigo untuk bersatu. Paling tidak, mereka bisa melakukan sharing soal jurus terbaik menangani anak-anak indigo. Di Jakarta sendiri ada indigo sharing club. ”Penanganan yang benar terhitung penting demi perkembangan anak”, papar Erwin yang mengungkapkan soal adanya kasus-kasus anak indigo yang frustasi lantaran mereka gagal beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Erwin, anak indigo yang lahir di tengah keluarga yang mengerti kondisinya justru akan banyak berguna buat orang lain. Seperti membantu menyembuhkan penyakit lewat tenaganya. Inilah yang dilakukan Bagus Torasanto. Belum lama, cerita Bagus kepada Republika, ia mengobati seorang kawan ibunya yang diduga tengah didera masalah psikis. Entah mengapa, inspirasi pengobatan selalu datang usai shalat. Anehnya lagi, tangan Bagus seolah bergerak sendiri memegang kepala teman ibunya itu. Sekonyong-konyong rasa nyeri dari kepala itu pun hilang.

0 comments:

Posting Komentar